Jumat, 05 September 2008

Posisioning KAMMI dalam Pemilu 2009: Kajian Format Gerakan Ekstra-Parlementer

Oleh : Marso
Ketua KAMMI Komisariat Purworejo

Latar Belakang
“KAMMI adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan pemimpin masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkan masyarakat Islami di Indonesia” (Visi KAMMI)
Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 sudah di depan mata. Para aktivis partai politikpun sudah bersiap siaga dengan segala strateginya untuk menyusun agenda-agenda besar untuk suksesi pesta demokrasi tersebut. Perlu kita ketahui bahwa Pemilu merupakan ruang terbuka bagi masyarakat Indonesia berpartisipasi langsung dalam proses demokrasi. Kelompok-kelompok sosial baik Ormas, LSM, maupun Gerakan Mahasiswa sebagai saluran aspirasi kelompok bertanggungjawab terhadap komunitasnya. KAMMI sebagai salah satu saluran aspirasi mahasiswa muslim yang tergabung di dalamnya juga berkewajiban memperjuangkan positioning KAMMI  dalam proses Pemilu.
Tidak diragukan perhatian dan aktivisme KAMMI terhadap pesta demokrasi seperti ini. Sayangnya, posisi tawar KAMMI belum signifikan. Dalam ranah praksis, pimpinan KAMMI masih bergerak secara personal dan melibatkan kader KAMMI di luar koridor organisasi. Akibatnya kemudian terbaca, KAMMI terbengkalai dan tidak ada yang bertanggaungjawab. Ruh KAMMI dipertaruhkan dalam politik kepentingan tanpa daya tawar secara organisatoris. Dan sungguh sangat disayangkan.
Secara umum kita rasakan, KAMMI masih cenderung menjadi bagian (atau sub-ordinasi) dari strategi kelompok lain yang dianggap lebih besar. Hal ini karena belum kuatnya politik dari aktivis dan pimpinan KAMMI sendiri. Kesadaran bahwa Pemilu merupakan ‘pertarungan kepentingan’ belum merata di setiap pimpinan KAMMI di setiap daerah. Akibatnya KAMMI sering dipersepsi sebagai alat pemukul dan demarketing saja. Proses lobi dan komunikasi politik belum sepenuhnya menjadi ranah perhatian dan aktivisme kader KAMMI. KAMMI belum mempunyai format strategi baku dan peran politik dalam pemilu, padahal semangat partisipasi kader KAMMI sangat besar, ini tidak seimbang, sehingga mudah dikelola kelompok kepentingan lainnya. Pemilu 2009 nanti harus dijadikan oleh KAMMI sebagai wujud kerja yang profesional. Hemat saya, kader KAMMI harus mempunyai politik yang kuat, dan positioning KAMMI harus makin signifikan, sehingga slogan ”Muslim Negarawan” mudah terwujud.
Keterlibatan KAMMI dalam Pemilu 2009
Belum lagi, perilaku aktivis KAMMI yang sangat membingungkan. Sudah menjadi rahasia umum jika sebagian besar aktivis KAMMI terlibat secara langsung menjadi tim sukses dalam suksesi pemilihan Umum. Hal ini bukan “kasuistik” lagi, ini sudah menjadi ”fenomena” yang menyedihkan. Klaim sebagai kaum intelektual dimanfaatkan untuk bersekongkol dengan elit politik demi memperoleh keuntungan finansial/kekuasaan.
Padahal, dalam momen pemilu seperti ini keberadaan KAMMI sangat dibutuhkan untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat. Kita seharusnya mengajarkan masyarakat tentang kesadaran politik.

Menyedihkannya, aktivis KAMMI yang terlibat secara pribadi dalam hal ini berusaha untuk menggring lembaga mahasiswa untuk terlibat secara kelembagaan Meski tidak nampak secara kasat mata, tapi bukan hal yang sulit untuk mendeteksinya. Berbagai trik dilakukan untuk itu, seperti membuka akses untuk kandidat yang diusungnya agar dapat memberikan materi atau berbicara pada setiap kegiatan kemahasiswaan. Atau bahkan menyusup ke setiap aksi demonstrasi untuk menyerang secara pribadi kandidat tertentu.
Lantas apakah KAMMI tidak bisa melakukan gerakan politik pada Pemilu 2009 nanti? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut kita harus memahami dulu yang mana dimaksud dengan gerakan politik. Bagi saya, gerakan politik adalah upaya dalam proses pencapaian tujuan yang berhubungan dengan public. Makanya, KAMMI pun bisa melakukan gerakan politik, asalkan landasan geraknya jelas untuk kepentingan masyarakat dan kemaslahatan umat. Bukannya untuk kepentingan pragmatis belaka.

Sikap KAMMI Terhadap Proses Pemilihan Umum (Pemilu) 2009
Kemampuan KAMMI menempatkan positioningnya sendiri tidak akan merugikan kelompok manapun terutama Parpol. Dan Parpol tidak akan mendapatkan nilai lebih dengan meng-klaim KAMMI sebagai bagiannya, dan itu pasti kerugian KAMMI. KAMMI harus punya sikap.
Pertama, KAMMI hadir sebagai salah satu entitas civil society, yakni Gerakan Mahasiswa, Ormas Islam, visi sosial keummatan menjadi core organisasi, bukan politik praktis. KAMMI bukan partai politik, sehingga tidak harus pusing dengan kekuasaan, tidak perlu terlibat langsung secara organisasi dalam kesemrawutan politik praktis seperti parpol. KAMMI punya pekerjaan ’politik’ sendiri yang perlu dikelola.
Kedua, Bangunan politik KAMMI bersifat Mandiri, Komunikatif dan penuh semangat pembaharuan. KAMMI mendorong proses demokrasi berlangsung dengan baik dan terhormat. KAMMI menolak cara-cara yang kurang sehat dan menciderai demokrasi, dan tidak akan terlibat secara praktis (seperti kampanye) dalam pemilu.
Ketiga, KAMMI harus punya peran penting, positioning dan bargaining politik secara langsung. KAMMI berisi kader pemimpin yang tangguh dan mampu mengelola diri dan masa depan organisasi. KAMMI harus melakukan komunikasi politik langsung dengan calon pemimpin tanpa perantara. Komunikasi politik sebagai Ormas tentu saja wajar dan boleh, sebab kepemimpinan akan berimplikasi langsung pada masyarakat sosial tanpa sekat politik yang diwakili oleh Ormas.
Keempat, KAMMI tidak mendukung secara terbuka kepada salah satu calon atau partau politik tertentu,dan tidak menjadi sub-ordinat apalagi tunggangan salah satu calon atau partai tertentu. Lazim kita sebut ’high politic’ dan di sinilah koridor KAMMI semestinya. Menjadi perekat dari kepingan berserak dan saling menjatuhkan.
KAMMI terlanjur lahir dalam semangat reformasi, sangat sulit menghentikannya, kecuali jika kader-kadernya sendiri yang berhenti. Otonomi Daerah yang berlanjut pada Pilkada langsung menuntut pengawalan pejuang reformasi, tugas KAMMI meliputi director of change (Mengarahkan perubahan itu sendiri).
Langkah politik KAMMI dalam Pemilu 2009
Langkah politik berikut bersifat umum, sekedar gambaran dan sebenarnya sudah beberapa kali belajar dipraktekkan :
 KAMMI akan melakukan langkah-langkah politik, sebagai implementasi ‘gerakan politik nilai’. Langkah-langkah politik bersifat holistik dan strategik, bukan taktis dan sub-ordinat (apalagi Kampanye untuk calon atau parpol)
 KAMMI melakukan komunikasi politik dengan semua pihak (terutama calon calon pemimpin daerah) dalam rangka membangun sinergi dan kesepahaman
 KAMMI harus melakukan negosiasi politik jangka panjang dengan calon pemimpin daerah, untuk menjaga eksistensi masa depan organisasi dan kader
 Langkah politik KAMMI dilakukan oleh pimpinan setempat sesuai musyawarah untuk kepentingan organisasi dan tidak diperkenankan melakukan langkah-langkah secara personal dengan kepentingan pribadi
 Setiap kader KAMMI harus mengambil peran dalam rangka memperkuat positioning KAMMI di publik, dan setiap keputusan politik diambil bersama untuk kemaslahatan bersama.
 Komunikasi dan negosiasi politik juga terkait peran strategis KAMMI dalam proses dan pasca Pemilu.
Posisi KAMMI harus ditentukan sendiri oleh KAMMI (aktivis dan pimpinan KAMMI) sebelum orang lain menentukan KAMMI mau diapakan. KAMMI harus punya strategi dan menempatkan kelompok lain dalam manajemen strateginya, atau yang lain melakukannya pada KAMMI.
Memposisikan diri sebagai basis gerakan ekstra parlementer
KAMMI sebagai gerakan Mahasiswa ekstra-parlementer mempunyai peranan vital dalam kaitannya dengan fungsi kontrol pemerintah. KAMMI harus mampu mempertahankan wilayah geraknya sebagai Oposisi pemerintah. KAMMI menjadi kelompok penekan (Pressure group) terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Dengan menjalankan posisi KAMMI sebagai fungsi kontrol maka di harapkan dalam setiap aktifitas yang dilakukan pemerintah akan menghasilkan kebijakan yang sesuai dengan keinginan rakyat. Begitu juga dengan pesta demokrasi (baca : Pemilu) 2009, ada 38 kontestan (baca : Partai politik) peserta pemilu 2009,ditambah lagi 6 partai politik lokal khusus Nangroe Aceh Darusalam, manuver yang dilakukan oleh para pemain partai politik sudah kencang sekali, dengan berbagai cara dilakukan untuk mendekati para aktivis yang sekiranya bisa membantu memobilisasi kendaraan poitiknya, maka dalam hal ini KAMMI sebagai salah satu elemen yang memposisikan sebagai basis gerakan ekstra-parlementer tentunya harus sudah pasang kuda-kuda atau sudah mempunyai strategi tersendiri, bukan malah terjebak dengan politik mereka.
KAMMI harus mempunyai gerakan yang bisa menyadarkan masyarakat, memberikan pengetahuan politik kepada masyarakat agar nasib masyarakat juga tidak hanya ”di politisir” saja oleh pemilik kepentingan-kepentingan ini. KAMMI mungkin terlena akan tugas dirinya akan hal tersebut diatas. Apa yang sudah diberikan KAMMI kepada Masyarakat terkait dengan pembinaan politik? Hal ini harus segera dipahami oleh KAMMI. Tunjukkan kepada masyarakat bahwa KAMMI bukan bagian dari pemerintah, tapi sebagai basis gerakan ekstra-parlementer. Caranya dengan kita memperkuat fungsi kontrol pemerintah yang nyata.
Menengok sejarah.
KAMMI harus menjalankan peran menjadi dapur isu, dimana setiap langkah direncanakan dan berawal dari KAMMI. Dan salah satu yang paling berperan adalah Para kader-kadernya. Kenangan indah reformasi mungkin menjadi sejarah yang tidak akan dilupakan dalam dunia kita. Bahkan menjadi spirit gerakan KAMMI.
Bicara tentang reformasi memang bukanlah suatu yang terpisah dari gerakan mahasiswa yang KAMMI kemudian ada didalamnya. Tidak heran kalau setiap bulan mei, mahasiswa merayakan peringatan reformasi. Berbagai cara dilakukan untuk merayakan reformasi, ada yang menggelar aksi demonstrasi menuntut berbagai ketimpangan yang terjadi, ada juga yang merayakannya dengan renungan di malam hari. Mencermati kondisi kekinian, sebaiknya reformasi dijadikan sebagai bahan refleksi bagi KAMMI.
KAMMI yang sejatinya merupakan cerminan masyarakat intelektual ternyata mulai kehilangan identitasnya. Idealnya, budaya ilmiah seperti membaca, kajian, dan menulis haruslah menjadi pemandangan yang tampak oleh kader KAMMI.
Harapan untuk KAMMI
KAMMI terlanjur lahir di atas kepentingan rakyat. Dikenal publik sebagai pejuang demokrasi, reformasi dan mengedepankan semangat kebersamaan. Kelahiran KAMMI sebagai front aksi mahasiswa yang kemudian bermetamorfosis menjadi Ormas menandakan kesiapan KAMMI menjadi organisasi yang proaktif dan cepat tanggap terhadap perubahan. Reformasi ’98 sebagai contoh, meski bukanlah romantisme historis yang melenakan. Sejarah adalah cerita lalu yang meski perlu dikenang, tetap kewajiban kita membangun sejarah sendiri.
KAMMI sebagai sebuah institusi harus dikelola dalam semangat organisasi. Motto KAMMI yang ‘Muslim Negarawan’ harus mulai diimplementasikan di publik dengan manajemen strategi organisasi. Kesadaran bahwa politik adalah perebutan sumber daya dengan cara-cara yang disepakati harus menjadi inspirasi para aktivis KAMMI untuk mulai bersiap-siap dan terus terjaga dengan situasi di sekelilingnya.
Kader KAMMI adalah pemimpin dan calon pemimpin, haruslah mulai bersikap sebagai seorang pemimpin (leader), bukan (follower). Pemimpin harus memiliki pemikiran dan aktivisme yang orisinil, langkah publik yang terukur dan mandiri. Kebijakan strategis organisasi harus terlahir dari visi sekumpulan pimpinan yang diputuskan dengan tingkat percaya diri yang tinggi. Faktor eksternal pasti memberi pengaruh, tapi bukan sesuatu yang pokok dan mengendalikan organisasi. Masa depan Indonesia, adalah masa depan kaum muda, dan KAMMI ada di dalamnya.
Billahi fii sabili al-haq.Fastabiqul khoirot. Abadi perjuangan... Karena harapan itu masih ada.
Wallohua'lam bishowab

2 komentar:

Maringan Wahyudianto, SH mengatakan...

KAMMI Menjaga Jarak Yang Sama Dengan Semua Partai Politik dan Tokoh Politik

mustanircenter mengatakan...

sudah saatnya, KAMMI berjuang untuk tegaknya ISLAM IDEOLOGIS, tidak lagi pragmatis. Perjuangan itu tidak lagi sekedar slogan yang menarik saja, tetapi harus juga syar'i. Buang semua ide2 kufur :demokrasi, liberalisme, pluralisme yang semuanya lahir dari sekulerisme, saatnya berjuang untuk tegaknya Islam Kaafah, dengan Syariah dan Khilafah.
Salam....Sunardi Abu Yasir (alumni SMU 1 Purworejo 2000, eks Kabid Sosmas KAMMI STAN thn 2002/2003)
email:sunardikaliwatuny@yahoo.com